Dalam 10 Tahun, 4 Ribu Hektare Sawah Berkurang

Dalam 10 Tahun, 4 Ribu Hektare Sawah Berkurang

PANEN - Para Petani sedang memanen padi di daerah desa tanjungsari kajen dalam acara panen raya demlot percontohan kodim 0710 pekalongan.

Genjot Produktivitas Padi di Tengah Keterbatasan Lahan

Sekitar 10 tahun lalu, luasan lahan sawah di Kabupaten Pekalongan sekitar 26 ribu hektare. Luasan lahan sawah saat ini sekitar 22 ribu hektare. Artinya, dalam kurun waktu 10 tahun tersebut, luasan lahan sawah di Kota Santri berkurang sekitar 4 ribu hektare.

Meskipun pemerintah memiliki kebijakan lahan sawah abadi, atau lahan sawah yang tidak boleh beralih fungsi, namun ke depan luasan lahan sawah di Kabupaten Pekalongan diperkirakan akan terus mengalami penyusutan akibat berbagai faktor, seperti pertumbuhan laju pertambahan penduduk dan sebagainya. Oleh karena itu, inovasi dan terobosan harus dilakukan agar dengan luasan lahan yang terbatas ini, produktivitas tanaman padinya bisa meningkat.

Salah satu inovasi yang dilakukan oleh Kodim 0710 Pekalongan bekerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Pekalongan adalah membuat demplot sawah dengan inovasi pupuk Wijayakusuma Nutrision di Desa Tanjungsari, Kecamatan Kajen. Dengan inovasi pupuk baru ini diharapkan produktivitas tanaman padinya meningkat. Panen raya lahan sawah demplot itu dilakukan oleh jajaran Kodim 0710 Pekalongan, Selasa (16/4) pagi.

Kepala DKPP Kabupaten Pekalongan, Siswanto, pada Radar Pekalongan, menyatakan, mulai tahun 2015 semua pihak berupaya untuk menjaga ketahanan pangan secara nasional, sehingga ada MoU antara TNI dan Kementerian Pertanian. Disebutkan, ketahanan pangan nasional sangat mendukung ketahanan nasional. Menurutnya, tanpa pangan yang cukup, bangsa Indonesia akan lemah, sehingga antara Kementerian Pertanian dengan jajaran TNI, Polri, sangat mendukung upaya untuk menjaga ketahanan pangan ini hingga di tingkat bawah.

"Di Kabupaten Pekalongan luas lahan semakin sempit, padahal penduduk semakin banyak. Sepuluh tahun lalu, luas sawah 26 ribu hektare, kemarin kita data dengan BPN tinggal 22 ribu hektare, sehingga 10 tahun itu sekitar 4 ribu hektare berkurangnya. Nanti 10 tahun yang akan datang berkurang lagi," ujar Siswanto.

Dikatakan, dari luasan sawah 22 ribu hektare tersebut, terdata yang betul-betul sawah untuk padi sekitar 19.700 hektare.

"Berarti ini semakin berkurang, padahal kebutuhan pangan khususnya beras semakin bertambah, karena jumlah penduduk semakin banyak. Sehingga, kita perlu upaya-upaya walaupun dengan lahan yang semakin terbatas, dan sekarang sudah ada aturannya tidak boleh membangun fisik di lahan sawah. Upaya bersama TNI seperti ini contohnya. Lahan sawah yang sedikit itu, produktivitasnya harus naik," tandasnya.

Siswanto lantas mencontohkan upaya meningkatkan produktivitas padi di daerah pegunungan. Dengan aplikasi benih dan pupuk yang bagus, kata dia, produktivitas padi di daerah atas sekarang rata-rata 4 ton-5 ton perhektarenya. Sebelum ada aplikasi itu, rata-rata produksi padi di daerah atas hanya 3 ton perhektarenya.
"Di daerah sini (bawah) pun demikian, rata-rata di Kabupaten Pekalongan 52,46 kuintal perhektare. Itu rata-rata. Di daerah bawah ada yang 9 ton, 10 ton, 11 ton perhektare. Daerah atas 4-5 ton. Sehingga rata-rata baru 52,46 kuintal," terang dia.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi adalah dengan demplot sawah menggunakan pupuk baru tersebut.

"Kita akan lihat hasilnya seperti apa nanti. Ini upaya-upaya kita untuk meningkatkan produktivitas perhektare, sehingga kita akan mendapatkan produksi seluruh Kabupaten Pekalongan lebih meningkat. Pada tahun 2017, produksi kita 226 ribu ton, tahun 2018 meningkat 228 ribu ton, ada kenaikan 2 ribu ton. Di Jateng kita termasuk surplus, setiap tahun 90 ribu ton gabah kering giling surplus dikirim ke daerah-daerah yang minus," ujarnya.

Dikatakan, meskipun di awal-awal tahun 2019 ini banyak serangan hama wereng, DKPP akan mencoba melakukan berbagai upaya agar rata-rata produksi padi bisa di atas 53 kuintal perhektarenya. Disebutkan, pada musim gadu (tanaman padi pada musim kemarau), atau musim tanam April-September, akan mencapai total areal 23 ribu hektare lebih. Jika secara keseluruhan produktivitasnya bagus, maka produksi akan lebih baik.

"Target dari RPJMD kita 223 ribu ton produksinya. Tahun 2018 kita sudah mencapai 228 ribu ton. Ada surplus sudah 98 ribu ton pada tahun 2018. Target kita (tahun 2019) minimal seperti itu," katanya.

Sementara itu, Dandim 0710 Pekalongan Letkol Inf Arfan Johan Wihananto, mengatakan, saat ini pertanian sangat penting, tapi lahannya berkurang terus setiap tahunnya. Sehingga diperlukan inovasi bagaimana tetap menjaga luasan tanah yang ada, dan menjaga kesuburan tanahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: