Generasi Milenial Diajak Melek Sejarah

Generasi Milenial Diajak Melek Sejarah

*Pameran Publikasi Arsip Kota Pekalongan

PAMERAN- Nampak antusias pengunjung pameran di stand publikasi arsip Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Pekalongan.

KOTA- Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Pekalongan kembali gelar pameran buku dan arsip tahun 2020 di Kawasan GOR Jetayu. Kegiatan yang diadakan sejak tanggal 26 Februari hingga tanggal 3 Maret 2020 ini diharapkan bisa menggugah kesadaran masyarakat utamanya generasi muda millenial untuk tidak melupakan sejarah kotanya, mulai dari hal yang berkaitan dengan budaya, hingga sejarah bangunan fisik yang ada di kota Pekalongan.

Kabid Kearsipan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Pekalongan, Mujio menuturkan bahwa dalam kegiatan tersebut dipamerkan berbagai arsip tentang bangunan klasik, serta sejarah perkembangan kota mulai dari lokasi dan bangunan fisik bangunan, juga ada pameran buku, baik yang berkaitan dengan sejarah maupun gagasan tokoh yang ada di kota Pekalongan.

"Ini kegiatan pameran dinas Kearsipan dan Perpusatakaan. Memamerkan bangunan-bangunan kuno, keadaaan situasi dan kondisi kota Pekalongan dari tempo dulu. Itu misalnya kaya kejadian musibah bencana rob, banjir, terus sekarang mungkin ada perubahan fisik baik itu fungsi maupun fisik gedungnya," jelasnya.

Juga ada pameran buku baik yang bergenre sejarah maupun gagasan tokoh yang ada di Pekalongan. Misalnya saja seperti buku karya M Dirhamsyah seorang budayawan dan sejarawan yang menulis buku tentang sejarah Pekalongan.

Mujio mengatakan bahwa penggunaan tema 'Mencerdaskan Masyarakat, Menjaga Martabat" memiliki arti penting. Mencerdaskan masyarakat artinya bahwa maksud dan tujuan penyelenggaran kegiatan pameran adalah agar generasi muda bisa mengetahui lebih banyak dan langsung menyaksikan secara fisik sejarah perkembangan kotanya.

"Tujuan tema kita di Pameran 2020 adalah mencerdaskan masyarakat menjaga martabat. Mencerdaskan masyarakat dalam arti sekarang itu persaingan gadget kalau tidak ada pengenalan fisik seperti ini takutnya nanti generasi penerus kita itu akan kehilangan sejarah momen yang dulu pernah terjadi di kota Pekalongan dan kita berusaha untuk menggali lagi masalah kearifan lokal kota Pekalongan. Salah satunya adalah penerbitan sebuah sejarah atau cerita atau alur kejadian apa yang ada di kota Pekalongan dulu semasa penjajahan Belanda, Jepang, orde lama, orde baru, sampai sekarang tiba generasi milenial," paparnya.

Sementara menjaga martabat memiliki makna bahwa generasi muda millenial yang setiap hari beraktivitas dengan internet dan gadget diharapkan senantiasa menjaga tata krama dan budaya dari leluhur.

"Martabat itu maksudnya martabat yang dulu itu tidak bisa ditinggalkan, tidak bisa kita hilangkan begitu saja, tetapi untuk bisa dijaga. Disamping ada internet, kita masih bisa untuk menyadari bahwa kita itu perlu menjaga kelstarian budaya warisan leluhur daerah kota Pekalongan," pungkasnya.(ap3)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: