Warisan Tradisi Keilmuan Islam Perlu Dijaga

Warisan Tradisi Keilmuan Islam Perlu Dijaga

STUDIUM GENERAL - Ulil Abshar Abdalla hadir sebagai narasumber kegiatan Studium General yang diadakan FUAD IAIN Pekalongan di auditorium kampus setempat, Senin (3/2/2020).

KOTA - Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) Institut Agma Islam Negeri (IAIN) Pekalongan menggelar Studium General dengan tema 'Islam di Antara Konservatisme, Moderatisme, dan Liberalisme' di auditaorium Kampus I IAIN Pekalongan, Senin (3/2/2020).

Studium General ini menghadirkan Ulil Abshar Abdalla MA, salah seorang Dosen Pascasarjana Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA), yang juga dikenal sebagai salah seorang pendiri dan mantan Koordinator Jaringan Islam Liberal di Indonesia. Kegiatan ini diikuti ratusan mahasiswa dari berbagai jurusan, terutama dari Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah.

Di awal pemaparannya, Gus Ulil, sapaan akrab Ulil Abshar Abdalla, menuturkan bahwa kalangan akademisi Islam sebagai masyarakat ilmiah patut bersyukur karena memiliki warisan suatu tradisi yang sangat penting. Warisan dimaksud, yaitu ' At Turats Ilmi al Islami', atau tradisi keilmuan Islam.

Menurut Ulil, warisan tradisi keilmuan Islam yang telah ada sejak zaman dulu ini perlu dirawat dan dijaga. "Turats ul ilmi al islami ini luar biasa kaya, berharga, atau dalam bahasa milenial: keren sekali," katanya.

Dikatakan keren, kata Ulil, itu lantaran warisan tradisi keilmuan Islam ini mengandung unsur-unsur pemikiran yang tidak kalah dengan tradisi kelimuan modern yang berkembang di barat. Sementara, saat ini umat Islam cenderung memandang barat dengan rasa tertegun, takjub, tapi sekaligus minder.

"Saya ingin katakan bahwa tradisi keilmuan Iskam tidak kalah keren. Bahkan dalam beberapa hal, dalam banyak hal, jauh lebih keren dari pemikiran barat," terang menantu dari KH Musthafa Bisri ini.

Menurut Ulil, turats atau tradisi dalam keilmuan Islam ini memiliki ciri beragam, berwarna-warni, dan mazhabnya banyak. Namun menurutnya ada beberapa ciri yang cukup menonjol. Diantaranya, menggabungkan antara pendekatan wahyu atau kitab suci dengan pendekatan rasional yaitu nalar. Pendekatan mengunakan wahyu sebagai penunjuk jalan, dan selanjutnya diproses oleh akal. "Jadi kedua-duanya dipakai semua," tuturnya.

Ditambahkan Gus Ulil, akal manusia dengan wahyu yang diturunkan ke Nabi Muhammad itu tidak ada kontradiksi. "Kalau ada kontradiksi itu hanya permukaan saja. Dan itu terjadi bagi orang-orang yang tidak memahami sejatinya wahyu," ujarnya.

"Tiga arus dalam tema kali ini (konservatisme, moderatisme, dan liberalisme), menurut saya ada dalam tradisi kita dan ketiganya menurut saya perlu diakomodir. Karena dalam tradisi ilmu dalam Islam, menggabungkan antara pendekatan yang rasional dan pendekatan wahyu," sambungnya.

Pada kesempatan tersebut, lulusan Master dari Universitas Boston ini juga menyikapi tentang kondisi perkembangan tren dewasa ini yang mana ramai dengan perdebatan ilmiah dibawa ke ruang non ilmiah, ditambah lagi dengan pembahasan yang tidak ilmiah sama sekali. Menurutnya, hal itu suatu perkembangan yang kurang baik.

Ulil juga berpesan di hadapan mahasiswa peserta Studium General untuk tidak menghina kiai atau ulama dari kelompok lain.
"Kita harus menjaga etika dalam Islam. Para ulama Islam terdahulu menerapkan etika. Kalau ada ulama bertengkar, kamu tidak boleh ikut-ikutan apalagi orang awam. Kalau ikut-ikutan, tanpa ilmu, jadi tambah masalah," tambahnya.

Rektor IAIN Pekalongan Dr H Ade Dedi Rohayana MAg yang membuka kegiatan ini menuturkan di awal 2020 ini IAIN Pekalongan akan mengundang sejumlah tokoh, yang ia sebut sebagai 'orang-orang penting dan hebat' di Indonesia. "Pertama ini FUAD sudah sukses menghadirkan Gus Ulil. Insyaallah bulan Februari ini Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan akan undang Gus Baha. Lalu Fakultas Syariah juga akan undang KH Cholil Nafis," ungkapnya.

Pihaknya berharap, kehadiran tokoh-tokoh tersebut dapat diambil berkahnya oleh IAIN Pekalongan, dan bisa menambah cakrawala keilmuan bagi semuanya.

Sementara, Dekan FUAD IAIN Pekalongan, Dr H Imam Kanafi MAg, dalam sambutannya mengharapkan dengan adanya studium general yang bertemakan Islam di Antara Konservatisme, Moderatisme, dan Liberalisme ini semua yang hadir mampu memahami Islam secara komprehensif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: