Tak Punya Murid, 12 SD di Kendal Ditutup

Tak Punya Murid, 12 SD di Kendal Ditutup

DIMERGER - Sebanyak 12 sekolah dasar (SD) negeri di Kabupaten Kendal terpaksa ditutup, karena tidak ada muridnya. --

KENDAL -  Sebanyak 12 sekolah dasar (SD) negeri di Kabupaten Kendal terpaksa ditutup, karena tidak ada muridnya alias tak laku. Adapun gedung sekolah yang ditutup tersebut, ada yang dimanfaatkan sekolah Paud, ada juga yang dijadikan gudang, dan dibiarkan begitu saja. Merespon hal ini, Pemkab Kendal akan melakukan merger atau penggabungan satuan pendidikan dasar tersebut.

 

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kendal, Wahyu Yusuf Akhmadi mengatakan, ada 12 SD yang dimerger atau digabung dengan SD terdekat, dan sudah melalui SK Bupati Kendal tahun 2022. Ada beberapa pertimbangan SD harus dimerger, mengingat kondisi sarana prasarana, kondisi jumlah siswa yang tidak memadai. "Alasannya untuk meningkatkan pelayanan pendidikan, supaya lebih efektif, efisien dan optimal," katanya, Sabtu (5/2/2023).

 

SD yang ditutup tersebut menginduk ke SD yang terdekat, sehingga tidak menyulitkan sisa murid yang harus pindah. Tujuannya supaya proses belajar mengajar menjadi lebih baik. “Alasan mendasarnya adalah untuk lebih meningkatkan pelayanan pendidikan dengan asas supaya lebih efektif, efesiensi dan optimalisasi,” ungkapnya.

 

Salah satu SD yang ditutup adalah SD Negeri 2 Ngilir Kecamatan Kendal, yang kemudian digabungkan dengan SD Negeri Ngilir 1. Namun menurut Kepala SD Negeri 1 Ngilir, Surahmawati, SD Negeri 1 Ngilir sudah tidak ditempati sejak tahun 2021, karena tinggal menyisakan 5 murid, yang kemudian dipindah ke SD Negeri 3 Bandengan, dengan pertimbangan yang lebih dekat. 

 

“Di situ kan tidak ada muridnya, kalau tidak salah tahun 2021 muridnya tinggal 5 anak, terus digabung di SD Negeri 3 Bandengan,” terangnya.

 

Dikatakan, SD Negeri 1 Ngilir sendiri, saat ini hanya ada 98 murid. Rata-rata semua kelas, mulai kelas 1 sampai kelas 6, jumlah muridnya kurang dari 20 anak. Bahkan untuk kelas 1 hanya ada 12 anak.

 

“Mungkin, kurangnya jumlah murid di SD negeri, karena masyarakat sekitar lebih memilih menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah yang berbasis agama Islam, baik yang swasta maupun Madrasah Ibtidaiyah Negeri,” tandasnya. (lid)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: