Pergaulan Bebas Picu Pernikahan Dini, Januari-Juli Ada 51 Kasus di Batang
SOSIALISASI - KUA Kecamatan Batang Slamet Hasanudin saat menggelar sosialisasi di MAN Batang, Selasa (29/8/2023).-Dhia Thufail-
BATANG - Kantor Kementerian Agama Kabupaten Batang menyatakan bahwa angka kasus pernikahan dini di Kabupaten Batang masih cukup tinggi. Hal itu diungkapkan Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Batang Slamet Hasanudin usai menjadi narasumber di MAN Batang, Selasa (29/8/2023).
"Ya, angka pernikahan dini masih cukup tinggi. Di Kecamatan Batang saja, selama Januari 2022 hingga Juli 2023, kasus pernikahan dini mencapai 51 pasangan,” jelasnya.
Dijelaskan dia, mayoritas pernikahan dini terjadi pada anak usia di bawah 19 tahun. Penyebabnya sangat beragam, satu diantaranya yakni dikarenakan pergaulan bebas.
“Oleh karenanya, sekarang ini kami tengah gencar menyuarakan program Bimbingan Pranikah bagi Remaja Usia Sekolah (BRUS)," katanya.
Menurutnya, program BRUS menjadi salah satu strategi untuk meminimalisir terjadinya pernikahan dini di kalangan pelajar.
"Kami berupaya mengedukasi agar para pelajar mampu menghadapi tantangan masa depan, dengan menekan angka kasus pernikahan dini tersebut," katanya.
"Dan edukasi di tingkat institusi pendidikan ini, terutama yang berada di bawah naungan Kantor Kemenag Batang, memang perlu diintensifkan," imbuhnya.
Slamet Hasanudin mengatakan, bahwa sebelum menyongsong kehidupan rumah tangga, alangkah baiknya jika seorang remaja harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang.
“Persiapan mental jauh lebih penting. Bekali diri dengan kemampuan intelektual yang cukup dengan melanjutkan jenjang pendidikan setinggi mungkin, untuk menunjang kehidupan masa depan. Tekuni bakat dan potensi diri, hingga meraih sukses sebelum memasuki jenjang kehidupan selanjutnya,” katanya.
Muhamad Ilham Bagus, siswa MAN Batang ikut menyuarakan penolakan pernikahan di usia dini. Menurutnya, masa muda menjadi kesempatan emas untuk mengembangkan potensi diri.
“Sekarang ini kan semuanya serba susah, cari pekerjaan susah, apalagi mau bertanggungjawab membina rumah tangga, perlu persiapan matang, termasuk finansial,” ungkapnya.
Ia mengakui, tantangan generasi Z lebih kompleks, harus mampu membentengi diri dari penyalahgunaan gawai untuk hal-hal yang tidak berfaedah.
“Gunakan gawai secara bijak, jauhi situs pornografi yang bisa menjerumuskan diri ke perilaku seks menyimpang,” ujar dia.
Tak hanya di Madrasah Aliyah, program BRUS nantinya juga akan menyasar ke institusi pendidikan lain di jenjang SMA sederajat, sehingga mental seluruh pelajar tereduksi dan lebih siap dalam menapaki kehidupan berumah tangga. (fel)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: