Tips Mengatasi Anak yang Penakut Akibat Trauma Hal-hal Horor ala dr Aisah Dahlan

Tips Mengatasi Anak yang Penakut Akibat Trauma Hal-hal Horor ala dr Aisah Dahlan

Cara mengatasi anak yang penakut akibat trauma hal-hal horor ala dr Aisah Dahlan.-draisahdahlan/ ig-

RADARPEKALONGAN.DISWAY.ID - Saat mendapati anak yang penakut akibat trauma hal-hal horor, orang tua perlu segera mengambil tindakan pendampingan untuk mengatasi rasa takut anak tersebut.

Adakalanya anak menunjukkan rasa takutnya kepada orang tua. Ketika dikuasai oleh rasa takut, tak jarang akan menghambat tumbuh kembang anak dalam mempelajari hal-hal baru. 

Dan agar tidak terlanjur tumbuh dengan rasa takutnya yang dominan, para orang tua perlu memahami ketika emosi atau rasa takut anak ini datang. Kemudian orang tua perlu mendampingi anak untuk melawan atau mengatasi rasa takutnya dengan baik.

Dalam sebuah video yang diunggah oleh kanal YouTube pencinta dr Aisah Dahlan, terdapat sebuah video tanya jawab yang mana membahas tentang mengatasi rasa takut hal-hal horor.

BACA JUGA:Cara Membangun Hubungan yang Lebih Berkualitas dengan Anak di Era Digital Menurut Bunda Elly Risman

BACA JUGA:Cara Membangun Komunikasi Efektif dengan Anak yang Pendiam dan Pemalu, Agar Mau Lebih Terbuka dengan Orang Tua

Di dalam video tersebut dr Aisah Dahlan mencoba menjawab salah satu pertanyaan peserta webinar online terkait bagaimana cara mengatasi anak yang penakut akibat hal-hal horor. Berikut penjelasannya.

Cara Mengatasi Anak yang Penakut Akibat Hal-hal Horor

1. Jangan Melabeli Anak

Ketika anak menunjukkan perilaku penakut atau bercerita bahwa dia sedang ketakutan, respon pertama orang tua jangan melebeli anak sebagai penakut, "Kakak kok penakut banget si," tutur dr Aisah Dahlan mencontohkan.

Hal ini sangat tidak disukai anak, karena dapat membuatnya menjadi tambah penakut.

Jadi bukannya menenangkan anak ketika melabeli anak dengan penakut, justru orang tua akan menambah rasa takut pada anak. Karena apa yang anak dengar dari orang tuanya adalah kata "penakut", dan itu akan terekam di otak, kemudian berjalan di tubuhnya.

2. Memvalidasi Emosi

Yang perlu dilakukan adalah memvalidasi emosi dan perasaan anak. "Kaka masih takut ya?" tutur dr Aisah Dahlan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: