Limbah Batik Tak Kunjung Ada Solusi

Limbah Batik Tak Kunjung Ada Solusi

*Sungai di Medono Diharapkan Bisa Jernih

LIMBAH SUNGAI- Nampak aliran sungai Asem Binatur yang berwarna di kelurahan Medono.

KOTA - Selain masalah banjir yang telah menjadi langganan disebagian besar wilayah Kota Pekalongan, nampaknya masalah limbah industri batik juga masih menjadi permasalahan yang belum terselesaikan sampai sekarang ini. Kelurahan Medono misalnya, wilayah ini dialiri limbah batik dari SUngai Asem Binatur, yang notabene lintas daerah dari Kabupaten ke Kota Pekalongan.

Demikan diungkapkan Maryoto, Lurah Medono, Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan ketika ditemui di kantornya, Jum'at (21/2/2020). "Meski bukan wilayah banjir, Medono juga punya problem limbah batik, yang mengalir dari Saluran Asem Binatur, lintas dari wilayah Jenggot, serta dari kabupaten juga. Ini kan limbah industri batik, baik pabrik maupun rumah tangga. Padahal, sudah ada pembinaan dari DLH, tapi masih ada yang membuang limbah ke saluran," terangnya.

Maryoto tak menampik, bahwa pencemaran limbah batik ini cukup mengganggu pemandangan, polusi udara karena menimbulkan bau tak sedap, hingga menggangu ekosistem sungai.

"Kadang air saluran jadi pink, kadang putih, kadang hitam. Yang jelas, pemandangannya jadi tidak enak, yang kedua berdampak ke ekosismem. Biota airnya juga tidak ada ikan hidup dan sebagainya juga pengaruh. Ya ini wilayah teknis, biar dikaji orang DLH," jelasnya.

Dikatakan Maryoto, baik pemerintah kelurahan, pemerintah kota, bahkan WaliKota sendiri sebetulnya sudah menghimbau para pengusaha dan masyarakat home industri untuk membuat Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Bahwa limbah lebih dulu diolah sebelum dikeluarkan.

"Kemarin saat rakor tingkat kota, sudah kami sampaikan permasalahan ini ke Kepala DLH. Bahwa Sungai Asem Binatur ini lewat Medono, Podosugih dan daerah pemerintah kota, itu juga kami sampaikan bagaimana langkah-langkah dari dinas lingkungan hidup," paparnya.

Hasil beberapa kali pertemuan dengan DLH menyimpulkan bahwa harus ada koordinasi dan sinergi semua pihak untuk menyelesaikan pencemaran limbah batik ini. "Dan ini sudah dilakukan koordinasi, namun untuk
penangannya harus secara detail akan dilakukan. Untuk Pemkot sendiri, DLH akan membina para pengusaha, pelaku home industri," urainya.

Kecuali itu, kata Maryoto, peran terpenting dalam penanggulangan limbah batik ini justru dari pelaku industri itu sendiri, khususnya pengusaha. "Dan kemarin kami sudah dimintai data, mungkin dalam waktu dekat kami akan mengundang para pengusaha untuk dilakukan pembinaan oleh dinas lingkungan hidup," kata dia.

Untuk di Kelurahan Medono sendiri, pencemaran limbah batik tidak terlalu mencolok, karena tidak ada pelaku industri besar. Namun tetap saja, sekecil apapun pencemaran limbahnya, pihaknya tidak pernah mentolerir.

"Kami sudah punya ide, karena kita ingin wilayah sungainya jernih dan ada kehidupan biota airnya, ada ikan hidup, ada katak hidup, itu kan enak," tambahnya. (ap3)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: