Kodim Pekalongan Uji Coba Tanam Perdana Padi Biosalin di Lahan Terdampak Rob di Kota Pekalongan

Kodim Pekalongan Uji Coba Tanam Perdana Padi Biosalin di Lahan Terdampak Rob di Kota Pekalongan

Dandim Pekalongan Letkol Inf Rizky Aditya bersama perwakilan dari Kementan, Kepala Dinperpa, Danramil, serta Ketua dan pengurus Persit saat tanam perdana padi biosalin di lahan terdampak rob di Kelurahan Krapyak, Pekalongan Utara, Rabu, 14 Agustus 2024. -Wahyu Hidayat/Radar Pekalongan-

"Alhamdulillah atas inisiasi dari Kodim Pekalongan supaya lahan di sini bisa ditanami lagi, supaya produktif lagi dan meningkatkan semangat dari para petani. Ini mudah-mudahan jadi berkah untuk semua karena ini semuanya mendukung. Dalam arti, mendukung ketahanan pangan, program nasional," kata Aaf, sapaan akrabnya.

BACA JUGA:Babinsa Koramil Doro Lakukan Pendampingan Tanam Padi di Desa Kalimojosari

Aaf menambahkan bahwa ada kurang lebih 95 hektare lahan di wilayah Degayu Pekalongan Utara yang terdampak rob sehingga tidak bisa ditanami lagi.

Dari lahan seluas itu, ada 5 hektare yang akan diuji coba untuk dibuka lagi agar tidak terbengkalai dan bisa kembali ditanami padi. Dari 5 hektare itu, sementara yang diuji coba untuk ditanami bibit padi varietas biosalin seluas 1 hektare.

"Mudah-mudahan berhasil dan sampai panen. Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dan memberikan support," imbuhnya.

Sementara itu, perwakilan dari Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BBPSI Biogen) Bagian Pengembangan Benih Biosalin, Sumali, menjelaskan bibit padi yang ditanam di lahan terdampak rob tersebut adalah varietas Biosalin 1 dan Biosalin 2.

Digunakannya bibit padi biosalin karena varietas tersebut tahan terhadap air payau, atau air tawar yang tercampur dengan air laut.

Penanaman padi di lahan yang diuji coba yang bekas terdampak rob tersebut tidaklah mudah. Dari pengukuran, kadar Total Dissolved Solids (TDS) atau zat padat terlarut di lahan tersebut mencapai 4.000 ppm.

Dengan kadar TDS setinggi itu, tidak bisa ditanami bibit padi varietas biasa. Ditambag lagi dengan kadar salinitas yang mencapai 14 persen. Maka digunakanlah bibit padi biosalin yang bisa tahan terhadap air payau.

Sumali membeberkan bahwa biosalin 1 dan biosalin 2 memiliki keunggulan masing-masing. Kedua jenis varietas tersebut digunakan semua di lahan terdampak rob di Krapyak.

"Jika bukan pakai biosalin 1 maupun 2, maka risikonya tanaman akan mati," ujarnya.

BACA JUGA:15 Hari Berjalan, Progres TMMD di Kelurahan Degayu Sudah Hampir 50 Persen

Pihaknya memperkirakan, tingkat keberhasilan penanaman padi biosalin di lahan tersebut mencapai 85 persen. Tingkat keberhasilan bisa naik ke 95 persen jika ada air hujan. Adapun masa panennya sekitar 85 hari sejak penanaman.

"Untuk produksi GKP (gabah kering panen), kalau biosalin 1 paling tinggi 7,5 ton. Tapi kalau biosalin 2 bisa sekitar 10 ton. Tetapi berasnya lebih enak yang biosalin 1. Jadi, ada kelebihan kekurangan masing-masing," imbuh Sumali. (way)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: