Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan: Peran Santri dalam Dinamika Bangsa

Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan: Peran Santri dalam Dinamika Bangsa

Dr. H. Moch. Machrus, Lc., M.Si.-Dok. Pribadi-

Oleh: Dr. H. Moch. Machrus, Lc., M.Si.

Santri dan pesantren telah menjadi bagian penting dalam perjalanan sejarah Indonesia, terutama dalam pergulatan mempertahankan kemerdekaan. Salah satu momen yang paling monumental adalah Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945.

Seruan ini menggerakkan ribuan santri untuk terjun ke medan perang, menghadapi penjajah demi membela Tanah Air.

Pengorbanan dan keberanian para santri menjadi penentu kemenangan bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan, dan hingga hari ini, perjuangan tersebut diakui melalui Peringatan Hari Santri Nasional dan Undang-Undang Pesantren.

Namun, tantangan yang dihadapi santri hari ini tentu berbeda. Zaman terus berubah, begitu pula dengan kebutuhan dan tuntutan yang dihadapi bangsa.

Oleh karena itu, santri harus mampu menyesuaikan diri, beradaptasi dengan perkembangan zaman, tanpa melupakan nilai-nilai fundamental yang telah menjadi ciri khas mereka.

Arah Baru Santri

Jika dahulu santri dikenal lebih banyak berkutat dalam bidang keagamaan, seperti ushuluddin dan syariah, kini mereka telah melebarkan sayap ke berbagai bidang ilmu pengetahuan lainnya.

Santri masa kini tidak hanya ditemui di kampus-kampus berbasis agama, tetapi juga di universitas-universitas umum, mempelajari sains, teknologi, humaniora, dan berbagai disiplin ilmu modern lainnya.

Transformasi ini membuktikan bahwa santri memiliki potensi yang sangat besar dalam berbagai sektor, baik itu sosial, budaya, ekonomi, maupun politik.

Tantangan Baru, Peran Baru

Seiring dengan semakin kompleksnya tantangan global, peran santri tidak lagi terbatas pada menjadi penjaga moral dan tradisi Islam, tetapi juga sebagai agen perubahan di berbagai lini. 

Santri hari ini dituntut untuk tangguh dan siap menghadapi tantangan era digital, globalisasi, serta disrupsi teknologi. Mereka harus mampu berdialog dengan dunia modern, tanpa kehilangan jati diri sebagai penjaga nilai-nilai luhur agama dan budaya bangsa.

Selain itu, santri juga harus mempersiapkan diri untuk terlibat lebih aktif dalam pengambilan keputusan di ruang-ruang strategis, termasuk dalam ruang politik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: