اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إِلاَّ، وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ.
"Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik dan setiap orang pasti (pernah terlintas dalam hatinya sesuatu dari hal ini). Hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakal kepada-Nya."
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا كَفَّارَةُ ذَلِكَ؟ قَالَ: أَنْ يَقُوْلَ أَحَدُهُمْ :اَللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ.
"Barangsiapa mengurungkan niatnya karena thiyarah, maka ia telah berbuat syirik." Para sahabat bertanya, "Lalu apakah tebusannya?" Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab: "Hendaklah ia mengucapkan: 'Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan dari Engkau, tiadalah burung itu (yang dijadikan objek tathayyur) melainkan makhluk-Mu dan tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau.'"
Semua bentuk merasa sial yang muncul dalam sangkaan, sekedar melihat pertanda yang buruk, yang tidak ada hubungan sebab-akibat secara syari atau ilmiah, maka itu thiyarah. An Nawawi rahimahullah mengatakan:
والتطير: التشاؤم، وأصلُهُ الشيءُ المكروه من قول، أو فعل، أو مرئي
"At tathayyur artinya merasa sial, dan landasannya pada perkara-perkara yang buruk, baik berupa perkataan, perbuatan atau sesuatu yang dilihat".
Orang yang melakukan tathayyur menyandarkan kebaikan dan keburukan, untung dan sial, selamat dan bencana, kepada selain Allah. Padahal itu semua terjadi atas ketetapan Allah. Allah Ta’ala berfirman:
فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
"Jika datang kebaikan pada mereka, mereka berkata: ini karena kami. Jika datang keburukan pada mereka, mereka berthiyarah dengan Musa dan kaumnya. Ketahuilah sesungguhnya yang menetapkan ini semua adalah Allah namun kebanyakan mereka tidak mengetahui". (QS Al A’raf: 131)
Adanya pertanda-pertanda tersebut, seperti mata berkedut, burung gagak, dan lainnya, sama sekali tidak memberikan mudharat sama sekali. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda:
لا عَدْوَى ولا طِيَرَةَ
"Tidak ada penyakit menular (dengan sendirinya) dan tidak ada pengaruh dari thiyarah" (HR Al Bukhari, Muslim).