Sidik Nugroho yang merupakan penulis novel ini menciptakan karakter bernama Elang Bayu Angkasa yang merupakan seorang pelukis. Suatu ketika Elang memiliki keingintahuan yang tinggi tentang satu penulis yang membuatnya amat penasaran.
Penulis tersebut memiliki nama samaran Gagak Hitam yang diberitakan tewas akibat bunuh diri.
Guna mengobati rasa penasarannya, Elang pun menekadkan diri untuk pergi ke Singkawang guna menyelidiki kasus kematian sang pelukis. Namun, kematian lain justru kembali terjadi di tengah penelusuran yang dilakukan oleh Elang.
Seorang dokter bernama Nina Sekarwati ditemukan tewas gantung diri di Jakarta. Dalam kamar dokter tersebut, terdapat tulisan dari lipstik ditorehkan di dinding, “Merpati putih menyusulmu”.
Dari sini, perjuangan Elang yang berusaha mengungkap teka-teki dari dua kematian tersebut yang membuat bulu kuduk merinding pun dimulai.
Ve karya Vinca Callista
Memiliki judul yang cukup unik, yakni hanya dengan menggunakan satu kata, novel misteri Indonesia ini ditulis oleh Vinca Callista pada tahun 2018.
Ve merupakan nama karakter utama dalam novel ini yang suatu hari tidak mendapati ibunya ketika dia tiba di rumah. Kata sang ayah, ibu Ve pergi ke luar negeri demi selingkuhannya.
Akan tetapi, Ve menemukan hal janggal atas hilangnya sang ibu. Sedangkan sang ayah yang bersedih memilih pergi ke kediaman orang tuanya untuk menenangkan diri. Ve pun turut serta bersamanya.
Hingga konflik muncul ketika Ve berada di rumah neneknya ini. Ternyata, rumah dan kampung halaman neneknya itu memiliki peraturan yang sangat mengejutkan.
Seketika itu juga, rumah dan kampung itu berubah menjadi penjara sekaligus neraka baginya. Satu-satunya yang Ve pikirkan adalah segera keluar dari kampung tersebut. Namun, bagaimana caranya dia keluar dari sana?
Dua Dini Hari karya Chandra Bientang
Rekomendasi novel misteri Indonesia yang terakhir merupakan novel yang pernah menyabet penghargaan novel terbaik dalam Scarlet Pen Awards.
Chandra Bientang dalam karyanya ini berkisah tentang pembunuhan dengan korban anak-anak jalanan di sekitar kawasan Jatinegara. Penyelidikan pun dimulai dengan asal-asalan karena. Polisi terlihat enggan dalam menyelesaikan kasus ini.
Sebab, pemikiran yang berkembang di masyarakat kurang lebih sama, bahwa para korban hanyalah gelandangan yang lebih baik disingkirkan.