Kembalikan Kejayaan Petani dan Peternak Boyolali dengan Ekonomi Sirkular Lewat Pelatihan
Para pembicara sedang menyampaikan beternak dan bertani integratif dalam konsep ekonomi sirkular digelar di Kauman, Wonosegoro, Kabupaten Boyolali, Minggu (21/12/2025). -Istimewa -
BOYOLALI — Serangan wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang melanda peternakan sapi potong di BOYOLALI pada akhir 2024 menjadi pukulan telak bagi peternak setempat. Sebagai respons untuk bangkit dan membangun ketangguhan, puluhan petani dan peternak di daerah tersebut kini menggalang upaya kolektif dengan mengadopsi sistem pertanian terpadu yang berkelanjutan.
Melalui kerja bareng antara Majelis Jati Sumo Negoro (JSN) Cengkir Gading Boyolali, Koperasi Tani Ternak Sejahtera Boyolali, Desa Sejahtera Astra, dan Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim IPB University, menggelar pelatihan dengan mengusung tema “Integrasi Agroforestri : Beternak, Bertani, Berkebun. pelatihan dan Praktik Pembuatan Kompos”, pada Minggu 21 Desember 2025 mulai pukul 08.00 WIB sampai selesai.
Pelatihan ini merupakan bagian dari Rutinan “Ngaji Ekonomi - Ngaji Tani Ternak” Jatisumonegoro dengan special materi Integrasi Agroforestri-Pertanian, Peternakan dan Perkebunan. Acara tersebut, digelar di Kauman, Wonosegoro, Kabupaten Boyolali.
Pelatihan tersebut menghadirkan narasumber Ahli Bioteknologi Pertanian ir. Andreas Gunapradangga, Ketua Koperasi Tani Ternak Sejahtera Wahid Ikhsani Putra, S.Pt, Kepala Desa Kauman, Wonosegoro, Kabupaten Boyolali, Widodo S.Pd, Ketua Kelompok Tani Hutan Muh. Ihsan Setiawan dan dari JSN diwakili Nur Hasan, S.Kom. M.Pd.
BACA JUGA:Revitalisasi Pabrik Garmen di Pemalang Serap 1.500 Pekerja
BACA JUGA:Bupati Faiz Tutup Total Galian C di Reban, Tegaskan Daerah Jadi Sentra Sapi Perah Bukan Tambang
Kegiatan ini diikuti 60 peternak dan petani Hutan dari berbagai desa, yaitu Desa Kauman, Lemah Ireng, Guo, Sawahan, bahkan perwakilan dari Salatiga, Semarang, Rembang, Pemalang dan Tegal. Bahkan seluruh perangkat Desa Kauman hadir dalam acara tersebut.
Pembina Yayasan Jatisumonegoro, Habib Syarief Hidayatullah Al Husaini Bin Lutfi Bin Yahya merasa prihatin dengan respon alam saat ini, berupa bencana di Sumatra dan Guci beberapa waktu lalu.
Meski begitu, peristiwa tersebut mengingatkan masyarakat untuk terus menjaga hutan, merawat, dengan menanam tanaman konservasi, tetapi juga menghasilkan. Seperti tanaman buah, alpukat, kopi, durian, Nangka, dan lainnya.
Tanaman tersebut akan menjaga keseimbangan alam, mencegah longsor dan banjir. Di satu sisi, tanaman tersebut juga menghasilkan buah yang bisa bermanfaat untuk masyarakat hutan.
“Inilah pentingnya pelatihan ini. Bagaimana kita mengintegrasikan antara peternakan, pertanian, dan juga lahan area hutan. Banyak area hutan di negara ini yang harus segera diselamatkan,” tandasnya.
Karena itu, imbuhnya, perlu dioptimalisasi dengan integrasi agroforestry. Tentunya yang berdampak kepada kesejahteraan masyarakat sekitar hutan khususnya. Dan masyarakat petani Indonesia pada umumnya.
“Dengan begitu, konservasi dan ekonomi, serta menjaga hutan akan berdampak pada kesejahteraan,” jelasnya.
Sedangkan Ahli Bioteknologi Pertanian Andreas Gunapradangga menambahkan, untuk menunjang agroforestry ini, selain pemanfaatan kompos dari ternak, masyarakat juga harus mengoptimalkan sistem tumpang sari. Yakni, di sela tanaman hutan bisa tanam hortikultura seperti cabe, tomat, kacang dan sayuran.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
