Membuka Luka, Menyembuhkan Diri, Pelajaran Psikologis dari Film Thunderbolts
Psikolog Rizki Nuansa Hadyan menjadi pembicara dalam salah satu acara.-kiki-
Penulis : Rizki Nuansa Hadyan *)
RADARPEKALONGAN.CO.ID - Bayang-bayang Masa Lalu yang Tak Kunjung Padam
Para anggota Thunderbolts—Bucky Barnes, Yelena Belova, Red Guardian, Taskmaster, Ghost, hingga U.S. Agent—bukanlah pahlawan dalam arti konvensional.
Mereka adalah para "antihero", sosok-sosok dengan masa lalu yang kelam, kesalahan fatal, serta pengalaman traumatis yang membentuk identitas mereka saat ini.
Dalam film ini, Marvel tidak sekadar menampilkan misi berbahaya, tetapi juga menampilkan perjalanan psikologis setiap tokoh dalam menghadapi luka batin yang belum sembuh.
Salah satu tokoh sentral, Bucky Barnes alias Winter Soldier, misalnya, masih dihantui oleh tindakan-tindakan brutalnya ketika menjadi alat pembunuh HYDRA.
Ia bergulat dengan rasa bersalah, mimpi buruk, dan rasa tidak layak untuk dimaafkan. Prosesnya bukan tentang menebus dosa di mata orang lain, tetapi tentang memaafkan dirinya sendiri—langkah awal dalam berdamai dengan inner child-nya yang terluka dan kehilangan arah sejak usia muda.
Dalam dunia sinematik Marvel yang penuh aksi dan adrenalin, film Thunderbolts hadir sebagai sebuah narasi yang berbeda—gelap, personal, dan sarat luka emosional.
Di balik tampilan penuh ledakan dan kekuatan, Thunderbolts menggali tema yang jarang disentuh dengan serius dalam genre superhero: pergulatan batin dengan masa lalu, serta pencarian perdamaian dengan diri sendiri—termasuk bagian terdalam yang sering kita abaikan, yaitu inner child.
Inner Child: Anak Kecil yang Menanti untuk Didengar
Dalam psikologi, inner child adalah representasi dari sisi diri kita yang terbentuk sejak masa kanak-kanak—sering kali menyimpan emosi yang tak terselesaikan, seperti ketakutan, penolakan, atau kehilangan.
Jika tidak disadari dan dirawat, bagian ini dapat memengaruhi perilaku dewasa seseorang: mulai dari mekanisme pertahanan, kecenderungan menyabotase diri sendiri, hingga kesulitan membangun relasi yang sehat.
Setiap anggota Thunderbolts membawa versi inner child-nya masing-masing—terluka, marah, kecewa, dan ingin dimengerti.
Yelena, misalnya, harus mengatasi kehilangan dan rasa ditinggalkan dalam sistem yang memperlakukan dirinya hanya sebagai alat.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

