Duh, Harga Telur di Kabupaten Pekalongan Tembus Rp31 Ribu/Kilo

Duh, Harga Telur di Kabupaten Pekalongan Tembus Rp31 Ribu/Kilo

PANTAU PASAR - Kapolres Pekalongan AKBP Arief Fajar Satria bersama unsur Forkompinda pantau harga dan stok kebutuhan pokok di Pasar Induk Kajen, kemarin. -Hadi Waluyo-

KAJEN - Menjelang bulan Ramadhan 2023, harga sejumlah kebutuhan pokok dan bumbu dapur terus bergerak naik. Lonjakan harga cukup signifikan terjadi pada telur. Hingga kemarin, harga telur di tingkat pedagang pengecer di Kabupaten Pekalongan sudah tembus Rp 31 ribu perkilo.

 

Berdasarkan pantauan Radar, menjelang bulan suci Ramadhan, harga-harga kebutuhan pokok dan bumbu dapur di Kabupaten Pekalongan kian merangkak naik. Harga telur di Pekalongan mengalami lonjakan paling tinggi.

 

Dalam sepekan terakhir, harga telur di Pekalongan terus bergerak naik. Dari Rp 27 ribu per kilo terus bergerak hingga saat ini di kisaran Rp 31 ribu per kilo. Ini harga di tingkat eceran. Harga telur di tingkat pedagang pengepul sekitar Rp 285.000 per tong (isi 10 kg) atau berkisar antara Rp 28.500 per kilo hingga Rp 29.000 per kilo.

 

Harga kebutuhan pokok lainnya yang tak kunjung turun adalah beras. Padahal saat ini di beberapa wilayah sudah memasuki musim panen padi. Di tingkat eceran, harga beras kualitas medium masih di kisaran Rp 12 ribu per kilo. Operasi pasar beras pun juga terus dilakukan. Namun belum bisa menekan harga beras di pasaran.

 

Ipul, pedagang beras dari Kajen, Senin (20/3/2023), mengatakan, meskipun di beberapa wilayah sudah ada yang panen padi, namun harga beras masih cenderung tinggi. Menurutnya, harga beras yang belum kunjung turun di pasaran dikarenakan masuknya pedagang-pedagang besar dari wilayah timur (Kendal, Demak, dan sekitarnya) yang masuk ke wilayah Pekalongan.

 

Mereka berani membeli gabah di tingkat petani dengan harga cukup tinggi. Akibatnya, pedagang beras lokal pun harus bisa mengimbanginya. Jika tidak, maka bakul beras lokal tak akan mendapatkan pasokan beras dari para petani. Petani akan memilih menjual gabahnya kepada para pedagang dari timur yang berani membeli dengan harga cukup tinggi.

 

"Yang untung itu para tengkulaknya. Mereka menjual ke bakul dari timur dengan harga tinggi. Kita juga harus mengimbangi. Jika tidak ya ndak dapat pasokan beras nanti," kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: