Kasus Pencabulan di Pesantren Perlu jadi Otokritik Bersama

Kasus Pencabulan di Pesantren Perlu jadi Otokritik Bersama

PENJELASAN - Kepala Bakesbangpol Batang, Agung Wisnu Barata, memberikan penjelasan kepada awak media.-Novia Rochmawati-

*Kesbangpol Minta Para Tokoh Beri Teladan, Tak Cukup Retorika 

 

BATANG - Kasus pencabulan terhadap santri yang diduga dilakukan seorang pengasuh pondok pesantren (ponpes) di Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, telah mengundang keprihatinan banyak pihak. Namun permasalahan ini dinilai tidak cukup hanya disikapi dengan keprihatinan yang retoris, lebih dari itu para tokoh di Batang juga perlu memberikan teladan agar dicontoh umat dan masyarakat.

 

Harapan itu antara lain disampaikan Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Batang, Agung Wisnu Barata. Ia turut menyayangkan kasus pencabulan yang dilakukan oknum pengasuh pondok pesantren (ponpes) di Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang. Menurutnya, hal ini jadi pengingat bagi tokoh-tokoh di Batang lainnya untuk terus introspeksi diri. 

 

Tokoh di Batang diharap tidak hanya fasih dalam hal ilmu retoris saja. Tetapi juga bisa memberikan contoh perilaku yang baik.

 

"Manusia memang punya khilaf, tapi itu jangan dijadikan konsep dasar yang menjadi pembenar. Kita harus memberikan contoh terbaik untuk masyarakat. Jangan sekadar berkata baik, tapi tindakan kita tidak baik," ujarnya saat diwawancarai baru-baru ini. 

 

Menurut Agung, hal ini penting bagi semua tokoh yang ada di Batang. Pasalnya masyarakat kebanyakan masih menganut paternalistik. Dimana tokoh akan menjadi rujukan yang paling baik. 

 

"Kalau tokoh kita tidak bisa memberikan yang terbaik bagi umatnya, masyarakatnya, nanti rakyat bagaimana, rujukannya apa nanti. Ini tanggung jawab kita bareng, Ini bentuk nyata jangan sampai tokoh hanya keilmuan retorika saja," harap Agung.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: