Antisipasi Kemarau dan Dampak El Nino, Debit Daerah Irigasi di Pekalongan Mulai Menyusut

Antisipasi Kemarau dan Dampak El Nino, Debit Daerah Irigasi di Pekalongan Mulai Menyusut

Daerah Irigasi Tapak Menjangan di Doro mulai kekurangan air untuk mencukupi kebutuhan pengairan di wilayah itu dan sekitarnya.-Hadi Waluyo-

KAJEN,RADARPEKALONGAN - Antisipasi dampak el nino, Pemkab Pekalongan pantau daerah irigasi (DI), agar petani tidak gagal panen akibat kekeringan. Pasalnya, petani padi di Kabupaten Pekalongan saat ini sudah masuk musim tanam (MT) dua.

Kabid PSDA DPU dan Taru Kabupaten Pekalongan Budi Untoyo, Jumat, 4 Agustus 2023, mengatakan, Pemkab Pekalongan ikut mensikapi dampal el nino yang diprediksi akan terjadi di bulan Agustus hingga September 2023. Apalagi saat ini sudah masuk musim tanam dua, sehingga petani masih membutuhkan air. 

Baca juga:Dampak El Nino, Debit Irigasi Menyusut, Petani di Pekalongan Jaga Semalam Suntuk untuk Aliri Sawahnya

Untuk itu, pihaknya selalu koordinasi dengan pemangku kepentingan irigasi di Kabupaten Pekalongan yaitu PUSDA Taru Provinsi Jateng dan BBWS Pemali Juana. Untuk saat ini, kata dia, perkembangan debit di masing-masing daerah irigasi yang jadi kewenangan pusat maupun provinsi terpantau masih cukup baik. Meskipun memang ada indikasi mengalami penurunan karena dampak el nino.

"Yang kurang air di DI Sragi dan DI Tapak Menjangan Doro," katanya.  

Untuk DI Sragi debit sungainya 1.229 liter perdetik. Padahal, debit kebutuhan airnya 2.648 liter perdetik. DI Sragi mengaliri area pertanian seluas 3.212 hektare. 

Sementara DI Tapak Menjangan yang mengaliri areal pertanian seluas 1.330 hektare, debit sungainya saat ini 947 liter perdetik. Padahal, debit kebutuhan airnya 1.800 liter perdetik. Sehingga di DI Sragi dan DI Tapak Menjangan sudah mulai kekurangan air. 

Oleh karena itu, ia berharap ada kesepahaman bersama antara pemerintah, masyarakat, dan petani khususnya P3A. P3A harus berperan lebih aktif dalam memeberikan wawasan kepada masyarakat bahwa pembagian air harus didasarkan pada pola tata tanam dan pola pembagian air di masing-masing wilayah, karena pemda memiliki tata kelolanya.

"Kita masih belum diberlakukan sistem gilir. Kemungkinan memasuki musim tanam dua di pertengahan nanti akan kelihatan beberapa wilayah yang harus dilakukan sistem gilir. Khususnya misalnya di wilayah susah air, di wilayah bawah atau upat-upat. Kemudian di DI Sragi itu karena ada kerusakan tanggul, sehingga optimalisasi airnya kurang terjaga dengan baik," ujarnya. 

Baca lagi:Antisipasi Kekeringan, Pemkab Batang Sinergi dengan PDAB Jateng

Untuk tingkat kebocoran air di irigasi, kata dia, dari tahun-tahun sebelumnya dibandingkan tahun ini sudah jauh lebih berkurang tingkat kehilangan airnya. Karena beberapa irigasi yang besar itu sudah dilakukan rehab besar seperti DI Kletak dan DI Sragi itu sudah dilakukan rehab besar oleh BBWS Pemali Juwana, sehingga tingkat kehilangan airnya berkurang. 

"Namun ada pula beberapa irigasi yang butuh penanganan lebih besar lagi. Seperti DI Sudi Kampir dan Padurekso. Yang mana tahun ini Padurekso juga ada kegiatan dari PSDA provinsi, sehingga mudah-mudahan mampu mengurangi adanya kehilangan air," imbuhnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: