Dampak El Nino, Debit Irigasi Menyusut, Petani di Pekalongan Jaga Semalam Suntuk untuk Aliri Sawahnya
Petani dari Desa Kalimojosari, Kecamatan Doro, berburu air untuk mengairi sawahnya hingga ke wilayah hulu.-Hadi Waluyo-
KAJEN,RADARPEKALONGAN - Musim kemarau yang diperparah dampak el nino mulai dirasakan petani padi di Kabupaten Pekalongan. Akibat minimnya debit irigasi yang sampai ke area persawahan, petani harus jaga semalam suntuk di sawah tanpa tidur agar sawahnya teraliri air. Untuk mengairi dua kotak sawah, petani harus ronda di sawah selama tiga malam.
"Kalau sawah ndak dijaga ya ndak uman air wong petani sudah saling berebut untuk bisa mengaliri sawahnya. Saya sawah dua kotak saja ronda tiga malam tidak tidur di sawah. Kalau tidur, air yang saya alirkan ke sawah saya akan direbut petani lainnya," ungkap Fajril Saputra (38), petani dari Desa Kalimojosari, Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, Kamis, 3 Agustus 2023.
Baca juga:Dampak El Nino, Debit Air Daerah Irigasi Sragi Turun
Ia harus berjuang agar sawah miliknya yang saat ini tengah mratak mendapatkan air yang cukup. Jika sampai kekeringan, tanaman padi miliknya akan terancam puso. "Sawah lagi mratak masih butuh banyak air tapi musim kemarau ini membuat debit air kecil sekali. Tidak cukup mengairi lahan persawahan yang ada," ungkap dia.
Penurunan debit air irigasi yang sampai ke sawah diperparah dengan banyaknya senderan-senderan irigasi yang rusak. Sehingga air banyak yang rembes atau hilang tidak sampai ke area persawahan.
"Ya harus ngalahi mencari air kalau malam hari, agar sawah bisa dialiri. Semoga selalu sehat dan hasil panennya nanti bagus," kata dia.
Disebutkan, untuk mengairi sawah miliknya ia membuat kelompok kecil bersama petani lainnya. Kelompok kecil ini akan menyusuri irigasi hingga ke sumber utama di atas wilayah Tapak Menjangan, tepatnya di Wiyono di atas Desa Dororejo.
"Kami biasanya berangkat sejak pukul 17.00 WIB. Azan Subuh baru pulang ke rumah. Bahkan, terkadang pukul 07.00 WIB pagi hari baru pulang ke rumah agar air cukup mengairi sawahnya. "Semalaman di sawah ya tidak tidur. Jika tidur, air yang dialirkan ke sawah kita akan dibobol petani lainnya untuk dialirkan ke sawah mereka," kata dia.
Baca lagi:Fenomena El Nino Terjadi di Wilayah Jateng, Ganjar Siapkan Sejumlah Skema Mitigasi
Menurutnya, ancaman puso sudah mulai tampak di wilayahnya. Lahan sawah sudah mengering. Padahal, tanaman padi masih membutuhkan air dalam jumlah banyak. "Ada petani yang ndak mampu mencari air dan ronda 24 jam di sawah. Misalnya, sawah itu diolah oleh janda. Ya mereka pasrah sawahnya kekeringan," ungkapnya.
Dengan minimnya debit irigasi, ujar dia, rawan memicu konflik antar petani di desa. Sebab, para petani saling berebut air untuk mengaliri area sawah mereka. "Rawan sekali konfliknya. Gesekan-gesekan antar petani kerap terjadi saat mengairi sawah," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: