Mengeksplorasi Keunikan Desa Adat Panglipuran: Desa Terbersih di Dunia yang Memikat Wisatawan

Mengeksplorasi Keunikan Desa Adat Panglipuran: Desa Terbersih di Dunia yang Memikat Wisatawan

Desa Panglipuran Bali merupakan salah satu desa terbersih di dunia.-ISTIMEWA-

Penghargaan ini membuat masyarakat desa bangga dan mendorong mereka untuk terus menjaga dan meningkatkan keindahan dan kebersihan lingkungan mereka.

Arsitektur Tradisional yang Mempesona

Desa Panglipuran juga dikenal dengan arsitektur tradisionalnya yang khas. Desa dengan luas 112 hektar ini dibagi menjadi hutan bambu, pura, pemukiman, dan kuburan. Rumah-rumah adat dibangun berjejer dan seragam dari bambu. Desa ini memiliki tata ruang yang berkonsepkan pada Tri Mandala. 

“Tri Mandala itu konsep yang membagi tata ruang desa menjadi tiga, yaitu ada Utama Mandala, Madya Mandala, dan Nista Mandala. Utama Mandala itu tempat suci (bagi para dewa) dan tempat pemujaan. Madya Mandala itu tempat pemukiman para penduduk. Terakhir, Nista Mandala itu tempat pemakaman atau kuburan,” katanya.

Selain itu, Desa Adat Panglipuran memiliki aturan dengan sebutan "awig-awig", yang adalah peraturan-peraturan hidup bagi sesama krama desa di Desa Panglipuran untuk mewujudkan implementasi dari filosofi hidup Tri Hita Karana. 

Falsafah ini mengandung makna tiga penyebab kebahagiaan. “Tri Hita Karana memiliki arti, Tri artinya tiga, Hita artinya penyebab, dan Karana artinya kebahagiaan. Tri Hita Karana ini berkaiatan sama tiga hal, pertama Parahyangan hubungan manusia dengan Tuhan, kedua Pawongan hubungan sesama manusia, ketiga Palemahan hubungan manusia dengan lingkungan,” jelas Nyoman.

Tradisi dan Budaya yang Masih Dilestarikan

Selain kebersihan dan arsitektur, Desa Panglipuran juga terkenal dengan tradisi dan budaya yang masih kental. Penduduk desa masih melestarikan tradisi dan budaya yang diwariskan turun temurun oleh leluhur mereka, seperti sistem pemerintahan desa yang masih dipertahankan hingga saat ini.

Organisasi sosial kemasyarakatan di Desa Penglipuran digolongkan menjadi dua, yaitu Lembaga Desa Pakraman Penglipuran bersifat otonom atau adat dan Lembaga Dinas Lingkungan Penglipuran.

Sistem pemerintahan di Lembaga Desa Pakraman Penglipuran disusun dalam satu kepemimpinan adat yang disebut Prajuru Desa Adat Penglipuran. Prajuru (pengurus) desa ini dibedakan menjadi dua bagian, yakni prajuru desa adat dan prajuru ulu apad. 

“Prajuru desa ini terdiri dari Bendesa atau kelihan adat. Dan untuk prajuru ulu apad terdiri atas dua belas orang yang disebut dengan Jero Kancan Roras, tugas dan kewajiban prajuru desa adat sudah diatur dalam awig-awig. Lalu, Lembaga Dinas Lingkungan Penglipuran dipimpin oleh kepala lingkungan tugasnya perpanjangan tangan pemerintah kelurahan dan mengurus administrasi pemerintahan desa,” tambah Nyoman.

Masyarakat Desa Panglipuran juga mengadakan upacara ngaben saat ada yang meninggal. Namun, jenazah dikuburkan atau dimakamkan bukan dibakar seperti ritual ngaben pada daerah lain di Bali yang biasanya dilakukan dengan pembakaran jenazah.

BACA JUGA:5 Tempat Wisata Terbaru dan Terkenal di Dieng Wonosobo yang Menarik Para Wisatawan

“Jika ada orang meninggal dunia mayatnya dikubur bukan dibakar, jika dibakar abunya harus dibuang ke laut tapi desa ini jauh dari laut dan menyimpan abu jenazah adalah suatu pantangan dan bisa mendatangkan petaka,” kata Nyoman.

Desa Panglipuran juga terdapat kawasan khusus yang dikenal dengan Karangmemadu, yaitu tempat untuk masyarakat yang sedang mendapatkan hukuman karena melakukan poligami atau beristri lebih dari satu yang merupakan salah satu dosa yang sangat besar bagi masyarakat adat panglipuran. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: