Tradisi Mitoni : Menjaga Keselamatan dan Mempertahankan Kearifan Budaya Jawa

Tradisi Mitoni : Menjaga Keselamatan dan Mempertahankan Kearifan Budaya Jawa

Salah satu tahap pelaksanaan tradisi tingkeban atau mitoni yaitu memasukan telur ke dalam kain ibu oleh suami dan membiarkannya menggelinding melalui perut sampai jatuh dan pecah.-Foto: Instagram/@cantitachril-

Kebudayaan Indonesia memiliki banyak tradisi yang tidak terlepas dari kebiasaan masyarakatnya. Tradisi tersebut tidaklah berhenti dan sudah selesai, namun masih tetap ada dan masih dijalankan masyarakatnya serta mengalami perkembangan. 

Tradisi yang masih dijalankan dan tidak tergerus oleh perkembangan zaman adalah tradisi Mitoni. tradisi Mitoni (mituni, mitu, pitu ) merupakan salah satu tradisi lokal yang dilakukan untuk ritual selametan dalam siklus hidup seorang manusia yang masih tetap dilestarikan pada masyarakat Jawa. 

Baca juga : Bagaimana Kaitan Kurikulum Merdeka Belajar  Dengan Budaya Tingkah Laku Siswa

Tradisi lokal tersebut dilakukan ketika usia pada kehamilan manusia berusia tujuh bulan. Tradisi itu ditujukan untuk mendoakan ibu yang mengandung tersebut diberikan kelancaran dan kemudahan saat persalinan nanti. Alasan pada usia tujuh bulan kandungan dipilih, karena saat usia tersebut keadaan bayi sudah masuk dalam fase manggon atau siap keluar ke dunia. 

Mitoni bukan hanya sekadar ritul slametan saja, akan tetapi juga mencerminkan sebuah kearifan lokal pada budaya jawa yang telah ada dari zaman dahulu hingga sekarang dan masih tetap diteruskan dari generasi ke generasi. 

Dalam perkembangan zaman yang semakin modern ini serta perubahan sosial yang cepat, maka budaya tradisi seperti Mitoni ini sering kali terlupakan oleh masyarakat modern. Maka itu, kita perlu melihat bagaimana tradisi ini dapat terus hidup meskipun dengan tuntutan zaman, serta masih mempertahankan nilai-nilai dan makna budaya yang ada didalamnya. 

Pengertian Mitoni berasal dari kata pitu  yang artinya tujuh dalam bahasa Jawa. Upacara mitoni dilakukan dalam rangka memperingati tujuh bulannya seorang ibu yang mengandung bayi pertama. 

Tujuan utama dalam upacara mitoni tersebut untuk menjaga keselamatan bayi yang ada di dalam kandungannya hingga lahir dan dewasa nanti, sehingga anak tersebut memperoleh berkah dari Tuhan.

Selain itu, tradisi mitoni juga menjadi sebuah doa agar sang ibu yang mengandung diberikan kelancaran selama mengandung hingga melahirkan. Karena mitoni merupakan adat budaya yang telah ada sejak zaman dahulu khususnya di tanah Jawa, maka pelaksanaan upacara tradisi tersebut tidak lepas dari aspek-aspek sosial, spiritual, dan kekeluargaan. 

Mitoni merupakan kegiatan budaya dengan acara ritual selametan yang masih ada dan berlaku hingga saat ini. 

Ada beberapa tahap pelaksanaan tradisi tingkeban yakni diantaranya :

1. Siraman 

Siraman adalah sebuah ritual memandikan pasangan suami istri yang memiliki hajat untuk mitoni tersebut, yang dipimpin oleh dukun bayi yang biasanya dilakukan sekitar pukul 15.30-16.00 atau sebelum matahari terbenam. 

2. Brojolan telur ayam kampung

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: