KEDUNGWUNI - Desa Tangkil Tengah, Kecamatan Kedungwuni, dikenal sebagai salah satu sentra produksi tempe di Kabupaten Pekalongan, baik yang diolah industri kecil rumahan maupun yang mempekerjakan karyawan. Bahkan, mereka memiliki produk khas berupa tempe sumpil yang tidak dijumpai di desa sentra tempe lainnya.
"produksi tempe ini turun temurun dari nenek moyang. Kebanyakan yang membuat tempe itu daerah dusun 2 dan dusun 3," ungkap Sekretaris Desa Tangkil Tengah, Ifa Karunia Perdani, Senin (14/9/2020)
Disebutkan Ifa, sudah ada sekitar 15 usaha produksi tempe yang berkembang besar, sehingga mampu membuka lapangan kerja bagi warga sekitar. "Ada yang home industri, ada juga yang sudah punya karyawan. Kira-kira ada 15 usaha yang sudah lumayan," tegasnya.
Namun untuk pemasaran, lanjut dia, sejauh ini hanya memenuhi kebutuhan lokal desa dan sekitarnya. "Kebanyakan distributor sendiri. Bisa suplai ke warung-warung makan, ke pasar, serta ke Kedungwuni," ujar Ifa.
Dibanding desa sentra tempe lainnya, Tangkil Tengah punya produk khas tempe sumpil. Tempe ini punya cita rasa berbeda dan biasanya hanya diproduksi untuk pesanan.
"Iya, bentuknya kaya wajik, yang bungkusnya daun pisang berbentuk segitiga. Itu biasanya untuk goreng tempe wudo, ngga pake tepung, buat nasi kuning atau acara khusus. Tempe yang gitu kan langka. Hanya beberapa orang yang bisa membuatnya, soalnya kan rasanya juga beda," paparnya.
Tempe produksi Tangkil Tengah juga biasanya ikut ditampilkan dalam ekspo tingkat kabupaten. "Ada yang biasa dipamerkan, biasanya kita pamerkan di UPPKS Kabupaten," sambungnya.
Kendati pemasarannya masih tingkat lokal, namun para pelaku usaha tempe di Tangkil Tengah senantiasa mendapatkan dukungan dari pemerintah desa untuk lebih inovatif lagi dalam produksi tempe. (ap3)