Disway award
iklan banner Honda atas

Pedagang Margasari Geruduk DPRD! Pasar Sepi, Pedagang Liar Merajalela

Pedagang Margasari Geruduk DPRD! Pasar Sepi, Pedagang Liar Merajalela

Sejumlah pedagang Pasar Margasari saat mengadu ke DPRD Kabupaten Tegal, Rabu (29/10/2025).-Dony Widyo -

SLAWI – Suasana Kantor DPRD Kabupaten Tegal, Rabu (29/10/2025) siang, mendadak memanas. Puluhan pedagang Pasar Margasari berbondong-bondong “menggeruduk” gedung wakil rakyat itu.

Mereka datang bukan untuk berdemo anarkis, melainkan untuk menyampaikan jeritan hati, karena pasar yang menjadi sumber nafkah mereka kini sepi pembeli dan kian terpuruk.

“Kami sudah tidak kuat, Pak. Dagangan tidak laku, modal habis, tapi pungutan tetap jalan. Kami minta keadilan!” teriak Suhono, Ketua Paguyuban Pasar Margasari, saat audiensi bersama pimpinan dan anggota DPRD Kabupaten Tegal.

Pertemuan yang berlangsung di ruang Banggar Komisi II itu dihadiri Wakil Ketua DPRD Sugono, Ketua Komisi II Muhammad Alfian Adipradana, Wakil Ketua Komisi II Arif Budiono, serta sejumlah anggota dewan lainnya. Dari pihak eksekutif hadir Kepala Dinas Koperasi, UKM, dan Perdagangan Imam Rudy Kurnianto, Kepala UPTD Pasar Wilayah IV Trias Mulkiaziz, dan jajaran dinas terkait.

BACA JUGA:DPRD Desak Pemkab Gerak Cepat! Jalan Sumbaga–Sokatengah Rusak Parah, Warga Terancam Bahaya

BACA JUGA:Wisata Sepi, PAD Seret! DPRD Kabupaten Tegal Sentil Dinas Porapar

Dalam pertemuan itu, para pedagang menumpahkan semua unek-unek yang selama ini mereka pendam. Pasar Margasari dan pasar di eks Kantor Kecamatan Margasari disebut semakin sepi lantaran muncul pedagang liar di luar area pasar.

“Pembeli sudah keburu dicegat di depan pasar. Akibatnya, di dalam pasar sepi pembeli. Banyak pedagang yang rugi, bahkan gulung tikar,” ujar Suhono dengan nada kecewa.

Lebih parah lagi, menurut Suhono, petugas UPTD IV Pasar Margasari jarang turun ke lapangan. “Kepala UPTD jarang masuk. Pasar tidak tertata. Bahkan pedagang liar di belakang pasar dibiarkan begitu saja,” cetusnya.

Ia juga menyoroti sistem e-retribusi (E-Ret) yang dinilai tidak berjalan maksimal. “Katanya sudah pakai sistem digital, tapi kenyataannya masih manual. Uang retribusi diminta manual, alasannya sinyal lemah. Kami jadi curiga, uangnya masuk ke mana?” ujarnya.

Keluhan lain datang dari pedagang Pasar eks Kantor Kecamatan Margasari. Mereka mengeluhkan tidak adanya Tempat Pembuangan Sampah (TPS) serta keterbatasan fasilitas Mandi, Cuci, Kakus (MCK).

“Di pasar kami hanya ada tiga pintu MCK, padahal jumlah pedagang dan pengunjung lebih banyak. Sementara di pasar induk yang sepi justru ada 16 pintu. Ini tidak adil,” ujar seorang pedagang.

Suhono menambahkan, para pedagang sudah berulang kali menyampaikan keluhan ke petugas pasar dan dinas, tapi tidak ada tanggapan serius. “Kami seperti diabaikan. Bahkan kesannya ada pembiaran. Kami menduga ada oknum yang mengomersilkan lapak di luar pasar sejak renovasi pasar 2020 lalu,” tegasnya.

Kondisi memprihatinkan ini sudah berlangsung sejak lima tahun lalu, sejak Pasar Margasari direnovasi. Akibatnya, jumlah pedagang terus menyusut.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: