Ada Sejak Abad 1 SM? Begini Jejak Sejarah Kecamatan Doro Pekalongan, Banyak Peninggalan Kuno yang Misterius

Rabu 15-05-2024,17:46 WIB
Reporter : Aghistna Muhammad Ibrahim Sula
Editor : Wahyu Hidayat

RADARPEKALONGAN.DISWAY.ID - Jejak sejarah Kecamatan Doro Pekalongan ini menunjukkan bahwa daerah Doro merupakan daerah yang memiliki peradaban tua.

Kabupaten Pekalongan memiliki satu kecamatan yang terletak di dataran rendah sekaligus dataran tinggi.

Letaknya bersebelahan dengan Kecamatan Petungkriyono sebagai daerah ujung selatan sekaligus menjadi atap Pekalongan.

Kecamatan Doro, sebuah kecamatan yang memiliki sejarah panjang dalam perjalanannya. Mulai dari era agama kepercayaan, agama Hindu-Buddha, hingga sekarang era agama Islam, semua ada di kecamatan ini.

BACA JUGA:Situs Watu Bahan di Kecamatan Doro: Peninggalan Kuno yang Sudah Berusia 2 Juta Tahun yang Lalu

Adanya era-era tersebut meninggalkan banyak peninggalan kuno yang sampai saat ini masih ada dan terjaga dengan cukup baik.

Artikel ini akan membahas tentang jejak sejarah Kecamatan Doro Pekalongan, khususnya pada peninggalan era agama kepercayaan. Berikut ulasannya.

Peninggalan Era Agama Kepercayaan

Era ini biasa disebut dengan pra Hindu-Buddha, karena era ini sudah ada sebelum datangnya ajaran Hindu-Buddha ke Nusantara.

BACA JUGA:Mengenal Situs Gumuk Sigit di Kecamatan Bojong, Bukit Kecil Tempat Penyembahan Nenek Moyang

BACA JUGA:Situs Arkeologi Pekalongan: Arca Yoni yang Menakjubkan di Situs Nagapertala dari Masa Majapahit

Saat itu menurut para sejarawan orang-orang di Nusantara ini masih menganut agama-agama kepercayaan yang diturunkan langsung oleh para nenek moyang.

Salah satu peninggalan yang paling populer di era ini adalah bangunan punden berundak, bangunan suci yang dijadikan tempat ibadah orang Nusantara saat itu.

Nama punden berundak diambil dari bentuk bangunan serta fungsinya, punden berarti orang suci, sedangkan berundak memiliki arti bangunan yang berundak-undak atau bertingkat-tingkat.

Fungsi dari punden berundak adalah untuk tempat pemujaan dan penghormatan kepada roh-roh suci leluhur. Hal ini sekaligus ditujukan untuk mencegah datangnya segala macam bencana alam.

Kategori :