Akibat Kerusakan Tanaman, Produktivitas Cengkeh Turun

Akibat Kerusakan Tanaman, Produktivitas Cengkeh Turun

Perkembangan tanaman cengkeh di Peninggaran dari tahun 2008 hingga kini merosot tajam. Hal itu karena produkvitas turun karena banyak tanaman yang rusak.

MERAWAT BIBIT - Seorang warga di Paninggaran tengah merawat bibit tanaman cengkih. Petani cengkih di Paninggaran saat ini terpuruk akibat banyak tanaman yang rusak, sehingga produktivitasnya rendah. Hadi Waluyo

Saat ini luas lahan cengkih di Kecamatan Paninggaran sekitar 900 hektar hingga 1.000 hektar. Dari total lahan cengkih tersebut, 70 persen di antaranya tanaman cengkih mengalami kerusakan. Sehingga luas lahan tanaman cengkih yang masih produktif hanya sekitar 300 hektare. Itu pun produktivitasnya mengalami penurunan drastis. Akibatnya, petani cengkih di wilayah pegunungan ini terpuruk.

Hal itu dibenarkan Kepala Desa Paninggaran, Rusdiono. Ditemui Radar Pekalongan, kemarin, ia mengatakan, Kecamatan Paninggaran sebelum era tahun 2000-an merupakan sentra penghasil cengkih di Kabupaten Pekalongan. Kala itu, setiap kali musim panen raya perputaran uang mencapai miliaran rupiah.

"Sejak tahun 2008, banyak tanaman cengkih yang rusak. Dari luasan lahan tanaman cengkih 1.000 hektar, kerusakannya mencapai 60 persen hingga 70 persen, atau hampir 700 haktar tanaman cengkih rusak," terang dia.

Padahal, lanjut dia, cengkih memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Harga cengkih basah paling murah mencapai Rp 20 ribu perkilo bahkan tembus angka Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu perkilonya. Sementara harga cengkih kering Rp 100 ribu perkilo. "Sebenarnya cengkih sangat menjanjikan, karena nilai ekonomisnya tinggi. Jika tidak segera ditangani akan berdampak pada penurunan ekonomi masyarakat. Parameternya sederhana, jika cengkih berhasil, pasar akan ramai, namun sekarang sepi," tutur dia.

Dikatakan, selama tanaman cengkih belum bisa diandalkan, pihaknya saat ini terus berupaya agar perekonomian masyarakat tetap membaik. Di antaranya, dengan terus mengembangkan produksi tanaman teh, manggis, durian, dan pengembangan hijauan pakan ternak untuk mendukung peternakan sapi di wilayah itu.

"Di saat cengkih terpuruk, kami masih ada alternatif-alternatif penghasilan lainnya baik dari teh, manggis, maupun sapi, dan lainnya," ujarnya.

Rusdiono juga mengapresiasi dukungan dari Bappeda dan dinas terkait untuk meningkatkan derajat kesejahteraan petani di Kecamatan Paninggaran. Apalagi, Bupati Pekalongan Asip Kholbihi juga bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk meningkatkan kemampuan petani dalam mengatasi hama dan penyakit tanaman, pengetahuan budidaya tanaman, dan budidaya ternak sapi, sehingga kian mendorong petani untuk semakin berkembang.

"Seperti produk buah manggis kami terus mencoba untuk memperbaiki kualitasnya. Kadang tidak disadari, kualitas manggis di Paninggaran terbaik, disukai para eksportir karena punya bentuk yang khas. Sayangnya petani belum memahami terutama dalam paskapanen, baik pemetikan maupun sortasinya. Oleh karena itu, sudah ada dukungan yang penuh dari dinas untuk membantu," katanya.

Ditambahkan, produksi manggis di Paninggaran antara 1.000 ton hingga 1.200 ton permusim. Musim buah manggis sendiri antara bulan November hingga April. "Di Desa Paninggaran sendiri, kami menanam 5.600 bibit manggis sebagai upaya regenerasi dan penanaman baru untuk mengatasi persoalan cengkih," imbuhnya.

Dikuasai Orang Luar

Sementara itu, Muhammad (39), warga Desa Domiyang, menyatakan, persoalan lain yang dihadapi petani cengkih di wilayah pegunungan, terutama Paninggaran adalah dikuasainya lahan cengkih oleh orang luar, seperti dari Kalibening dan Pekalongan. Menurutnya, petani Paninggaran hanya menjadi buruh dan merawat tanaman cengkih milik orang lain. Banyak lahan cengkih dijual akibat petani terdesak kebutuhan hidup, sehingga terpaksa menjual lahannya.

Rektor IPB Arif Satria, mengatakan, permasalahan cengkih harus ditangani secara sistematis. "Karena kerusakan tanaman cengkih terjadi secara masif dan mencapai 70 persen, jadi memang harus dicarikan solusinya. Nanti akan diteliti secara lebih komprehensif untuk menanganinya," ujarnya.

Sementara itu, Bupati Pekalongan Asip Kholbihi, menjelaskan, kerjasama yang dilakukan bersama IPB guna mengatasi permasalah para petani. "Kerja sama ini juga untuk mengurangi permasalahan cengkih. Nantinya akan ada pendamping, dan penerapan teknologi pertanian. Dan untuk lebih membantu para petani akan dibangun stasiun lapangan," katanya. (ap5)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: