Masih Tradisional, Terasi Bandengan Tembus Pasar Luar Jawa
BANDENGAN - Terasi buatan perajin tradisional di Kelurahan Bandengan, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan ternyata masih eksis dari dulu hingga sekarang. Bahkan, pangsa pasarnya sudah tembus hingga keluar kota.
Satu di antara perajin terasi tradisional di Bandengan, Warsani mengatakan, terasi buatannya sendiri telah turun menurun diwariskan dengan tetap menjaga kualitas bahan baku hingga cara pembuatan yang masih tradisional.
Dijelaskan Warsani, demi menjaga originalitas terasi buatanya tersebut, dia bahkan mencari sendiri bahan baku uatamanya, yakni rebon atau udang kecil.
"Kemarin saja saya mencari rebon hingga 60 kg, namun tidak saya gunakan sendiri. Terkadang jika ada tetangga yang mau ikut beli barang 3 kg atau 5 kg ya saya jual, itung-itung bantu mereka. Apalagi bahan baku sendiri susah carinya sekarang," ungkap Warsani saat ditemui di rumahnya, baru-baru ini.
Warsani dibantu keluarga menggarap bahan baku rebon secara tradisional, bahkan segala bahan-bahan serta proses pembuatannya pun sangat bergantung pada alam.
Proses pembuatanya sendiri dimulai dari penjemuran awal setelah rebon diambil dari laut. Jika cuaca cerah, rebon akan cepat kering, dan bisa dilanjut dengan proses penumbukan hingga halus menggunakan lumpang. Setelah itu digeplak memakai tangan, dicetak kiloan, dan dibungkus menggunakan daun.
"Alatnya sendiri masih tradisional menggunakan lumpang bukan mesin, terkadang butuh tiga kali tumbuk supaya adonan terasi teruleni dengan baik. Agar mudah dikepal. Dan di sini terasi masih asli tidak dicampur apapun, palingan sedikir garam untuk pelekat dan juga air saja. Terasi buatan saya sendiri pernah bisa tahan hingga satu tahun lamanya," lanjutnya.
Membuat terasi tradisional yang diproses secara manual tersebut, Warsani membutuhkan waktu satu minggu dari proses mencari bahan baku di laut hingga jadi terasi siap jual.
"Untuk harga sendiri standar saya jual 1 kg bisa Rp 40 ribuan hingga Rp 50 ribuan. Karena bahan baku sendiri 1 kg sudah harga Rp 30 - 40 ribuan. Saya sendiri sudah ada langganan biasaya saya bawa ke Pasar Grogolan, kalau untuk luar kota sendiri berkat kenalan ada yang masarin hingga ke Lampung juga," ujar Warsani.
Ditegaskan Warsani, sumber perajin terasi sendiri pada bahan baku rebon. Jika bahan baku lancar, proses produksi pun tetap berjalan, sehingga masa pandemi ini sebenarnya bukan jadi hambatan bagi pengrajin terasi di Bandengan. (ap3)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: