Sebagai pembuka bab, Alam juga sedikit menuturkan kisahnya sebagai pembuka. Ia mengisahkan bagaimana ia hidup dengan menanggung "dendam" akibat keluarganya yang selalu didiskriminasi karena keterlibatan sang ayah dengan pihak yang dihitamkan sejarah.
Alam sedari kecil telah belajar untuk membela dirinya sendiri dari cecaran lingkungan sekitar yang menjatuhi keluarganya stigma negatif. Dia ditatap dengan hina dan semakin lama itu membuatnya kebal dan terbiasa.
Selain dirinya sendiri, Alam juga melindungi Bimo, sang sahabat yang justru cenderung pasrah atas berbagai hinaan yang menghujaninya.
Latar belakang tersebut membuat Alam tumbuh menjadi pribadi yang temperamental. Di masa sekolah, sang ibu sering dipanggil ke sekolah akibat kelakuaan Alam. Bahkan, Alam terancam dikeluarkan dari sekolah jika saja dia tidak memiliki kecerdasan yang berada di atas rata-rata.
Alam memiliki kemampuan intelejensi bernama photographic memory. Akan tetapi, ingatannya yang sangat tajam ini justru menyiksa baginya. Alam menjadi mengingat segala yang dia alami. Itulah yang membuat dendam di hatinya terus berkobar.
BACA JUGA Berlatar Perang Dunia II! Ini 3 Novel Sejarah Fiksi Untukmu Pecinta Sejarah
Jika dalam novel Pulang, kisah Alam tidak diceritakan secara mendetail, maka berbeda dengan novel Namaku Alam. Kamu akan disuguhkan kisah kompleks Alam yang seolah memberikan efek domino kepada kehidupan lelaki itu.
Jadi, tertarik untuk membacanya? (*)