Melihat Jaladwara Unik dari Kecamatan Doro, Pancuran Air Kuno Periode Hindu-Buddha
Jaladwara unik di kecamatan doro-Aghistna Muhammad-
Pada masa Hindu-Buddha, jaladwara berfungsi sebagai pancuran atau saluran air yang biasa diletakkan di candi maupun di sendang/petirtaan.
BACA JUGA:Asal-usul Penamaan dan Temuan Benda Arkeologi di Dukuh Banaran, Kecamatan Bawang
Umumnya jaladwara seringkali berupa makara, yakni makhluk mitologi berbentuk gajah atau ikan.
Tentang Jaladwara di Situs Kaso
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, jaladwara unik dari Kecamatan Doro ini berupa tokoh wanita yang sedang duduk di atas buaya.
Tokoh wanita itu memiliki rambut yang panjang, sedangkan tangannya digambarkan sedang memegang rahang atas buaya yang didudukinya tersebut.
BACA JUGA:Mengenal Situs Gumuk Sigit di Kecamatan Bojong, Bukit Kecil Tempat Penyembahan Nenek Moyang
BACA JUGA:Cerita Rakyat Pekalongan: Misteri Dibalik Keindahan Bukit Watu Ireng di Kandangserang
Meskipun ditemukan di Desa Krajan, namun para peneliti menduga jaladwara unik ini berasal dari Desa Rogoselo, Kecamatan Doro.
Dugaan itu berasal dari adanya laporan dari Den Hamer, seorang Belanda yang saat itu bekerja di wilayah Doro.
Dalam laporannya Den Hamer melaporkan bahwa jaladwara di situs kaso itu dibawa dari Rogoselo pada tahun 1893 M. Dan tokoh wanita di jaladwara dikenal sebagai "Prawan Soenti".
Selain adanya laporan tersebut, dugaan bahwa jaladwara situs kaso berasal dari Rogoselo juga dikuatkan dengan jenis batuan yang digunakan.
Jenis batuan yang digunakan untuk membuat jaladwara ini memiliki kesamaan dengan jenis batuan arca dwarapala yang ada di situs Rogoselo, yakni terbuat dari batuan breksi vulkanik kasar.
Jenis batuan tersebut sebenarnya termasuk yang jarang digunakan untuk membuat arca, sebab sifat batuan ini cukup sulit untuk dibentuk menjadi arca.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: