Petani 2 Desa di Kabupaten Pekalongan Geruduk UPT Pengairan Karanganyar

Petani 2 Desa di Kabupaten Pekalongan Geruduk UPT Pengairan Karanganyar

Petani dari Desa Kayugeritan dan Sidomukti geruduk Kantor UPT Pengairan Kecamatan Karanganyar menuntut air bisa dialirkan ke area persawahan di dua desa tersebut.-Hadi Waluyo-

KAJEN - Puluhan petani padi dari dua desa di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan menggeruduk Kantor UPT Pengairan Kecamatan Karanganyar. Para petani ini berasal dari Desa Kayugeritan dan Sidomukti yang geram lahan .

Pasalnya, sebagian besar petani padi dari dua desa ini tak bisa mengolah lahan sawahnya akibat kekeringan. Bahkan, petani yang terlanjur menanami sawahnya mengalami gagal panen akibat kekeringan imbas proyek irigasi Provinsi Jawa Tengah yang tak kunjung jadi sehingga air irigasi yang mengalir ke arah utara ditutup.

Sekitar pukul 08.00 WIB, puluhan petani ini mendatangi Kantor Kecamatan Karanganyar. Selanjutnya mereka berjalan kaki menuju ke Kantor UPT Pengairan yang lokasinya sekitar 500 meter dari kantor kecamatan. Petani dari Desa Kayugeritan didampingi langsung oleh Kades Mulyatno dan para perangkat desanya.

Dengan difasilitasi Camat Karanganyar Budi Rahmulyo, penyampaian aspirasi dari para petani ini berjalan tertib. Perwakilan petani menyampaikan keluh kesahnya akibat dampak kekeringan yang luar biasa, sehingga mereka tidak bisa mengolah sawahnya. Jika pun menanam padi akhirnya justru gagal panen lantaran kekeringan.

Baca juga:Dampak Kekeringan, Tanaman Padi di Kabupaten Pekalongan Gagal Panen dan Puso

Roat, petani dari Desa Kayugeritan, mengatakan, ia sudah menjadi petani sejak jaman PKI. Menurutnya, selama itu petani tidak pernah mengalami kekeringan parah seperti saat ini. Menurutnya, air sangat penting bagi petani untuk bercocok tanam. 

"Kalau ndak ada air, petani akan sulit mengolah sawahnya. Makanya kami ingin ada solusi. Saya 1,5 hektar gagal panen," ujar dia.

Ia pun mempertanyakan pembangunan irigasi di Desa Karangsari Kecamatan Karanganyar yang tak kunjung selesai. Padahal, sudah tiga bulan. Imbasnya, selama pembangunan proyek irigasi tersebut sawah di wilayah utara seperti Desa Kayugeritan dan Sidomukti kekeringan karena pengeringan irigasi total selama pelaksanaan proyek tersebut berjalan.

Petani lainnya dari Desa Kayugeritan, Edi Purwanto, mengatakan, dirinya berani menanam padi lantaran dirinya sudah datang ke UPT Pengairan Karanganyar untuk memastikan apakah ada pengeringan total selama tiga bulan akibat adanya proyek irigasi tersebut. 

Baca lagi:Dampak El Nino, Debit Irigasi Menyusut, Petani di Pekalongan Jaga Semalam Suntuk untuk Aliri Sawahnya

"Saya tanya ke sini, apa iya ada pengeringan tiga bulan? Jawannya ndak. Paling empat hari karena pengecoran dasar, setelah itu air tetap mengalir tapi ndak maksimal. Makanya saya berani nanam padi. Giliran saya sudah tanam, sudah dipupuk semua, airnya belum mengalir. Dua setengah hektar muspro. Sampai sekarang yang lain kan juga pada nganggur. Opo ora mesake," ujar dia.

Sulis, perwakilan Kelompok Tani Adi Jaya dari Desa Sidomukti, mengatakan, di Desa Sidomukti ada sekitar 100 hektar sawah. Para petani tidak ingin membiarkan lahannya itu tidak produktif. Namun, akibat kekeringan 90 persen sawah di desanya tidak diolah. Para petani jadi pengangguran. 

"Bagaimana petani membiayai kebutuhan hidupnya. Kami mikir anak istri. Jenengan digaji, kami harus mengolah sawah untuk mengais rezeki. Bisa dibayangkan kehidupan kami. Kami 90 persen ditopang dari pertanian," ungkapnya.

Camat Karanganyar Budi Rahmulyo mengatakan, pada musim kemarau dirinya sudah koordinasi dengan UPT Pengairan terkait pengairan di wilayahnya. Saat itu, akibat musim kemarau debit bendungan Padurekso memang menyusut drastis sehingga tak mencukupi untuk mengaliri semua lahan pertanian di Karanganyar. Ditambah dengan adanya pembangunan proyek irigasi dari provinsi yang menutup saluran irigasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: