Cerita Rakyat tentang Masuk Islamnya Seorang Empu dari Gunung Bromo di Desa Pucung, Kabupaten Pekalongan

BACA JUGA:Ada Candi di Pekalongan! Inilah 2 Laporan Keberadaan Candi di Kabupaten Pekalongan

Disana Syekh Khanizar berbaur dengan warga sekaligus mendakwahkan Islam kepada mereka.

Tingkah laku beliau yang menyenangkan membuat Empu Pandiro dan anak gadisnya mau mengikuti Syekh Khanizar dengan memeluk agama Islam.

Saat masuk Islam, Ki Empu Pandiro sudah berusia 76 tahun dan Endang Runitan berusia 26 tahun. Nama mereka berdua kemudian diubah menjadi Kyai Jalaluddin dan Nyai Mutjanah.

Kembalinya Warok Wirodito

Setelah 3 tahun menghilang, Warok Wirodito menepati janjinya yang akan datang kembali untuk meperistri Endang Runitan.

BACA JUGA:Peninggalan Arkeologi di Ujung SelatanPekalongan, Inilah 4 Situs yang Ada di Petungkriyon

BACA JUGA:Menjelajahi Desa Tua di Kabupaten Pekalongan, Inilah 4 Situs Arkeologi di Desa Lemah Abang, Kecamatan Doro

Namun berandal itu kaget saat mendapati Ki Empu Pandiro dan Endang Runitan sudah masuk Islam, ia tambah kaget mengetahui gadis pujaannya sudah memiliki suami.

Akhirnya perkelahian antara Syekh Khanizar dengan Warok Wirodito pun tak bisa dihindari.

Syekh Khanizar terdesak, karena ternyata musuhnya memiliki ilmu rawa rontek yang susah untuk dikalahkan.

Saat sedang beristirahat dan memikirkan cara mengalahkan Warok Wirodito di bawah pohon pucung, Syekh Khanizar mendapat bisikan tentang cara mengalahkan musuhnya.

BACA JUGA:Kabupaten Pekalongan Tempo Dulu, Inilah 3 Peninggalan Arkeologi di Kabupaten Pekalongan

"Assalamualaikum, Khanizar pengapesane Wirodito adalah dengan didorong dan jangan sampai tubuhnya menyentuh bumi. Itu akan menyebabkan kejayaannya lebur. Wassalamualaikum" bisikan yang entah darimana sumbernya.

Syekh Khanizar merasa itu merupakan petunjuk dari Allah SWT, beliau lalu melakukan apa yang diperintahkan bisikan tersebut.

Sumber: