Tingkatkan Kualitas, 50 Pembatik Tulis Ikuti Uji Kompetensi

Tingkatkan Kualitas, 50 Pembatik Tulis Ikuti Uji Kompetensi

SERTIFIKASI - Sebanyak 50 perajin batik tulis Dukuh Grecek Desa Sembung Jambu Kecamatan Bojong mengikuti uji kompetensi untuk sertifikasi profesional.-Triyono-

KAJEN- Sebanyak 50 perajin batik tulis di Dukuh Grecek, Desa Sembung Jambu, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan mengikuti uji kompetensi untuk sertifikasi profesional. Sertifikasi digelar oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Batik di Batik Sapuan Desa Tunjungsari, Kecamatan Siwalan Kabupaten Pekalongan. 

Diketahui, Desa Sembung Jambu Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan terkenal sebagai penghasil batik rengsian atau putihan. Karakteristik kain batik dengan cantingan tanpa warna ini menjadi tumpuan bagi pengusaha batik. Sebab batik jenis ini dapat diwarnai ulang sesuai dengan keinginan para pengusaha.

Jumlah pembatik yang Desa Sembung Jambu Kecamatan Bojong mencapai lebih dari 500 orang dan mereka bekerja dari rumah-rumah mereka. Karena Kabupaten Pekalongan merupakan daerah penyangga (buffer zone) bagi ketersediaan batik di Kota Pekalongan, The World City of Batik.  

Pembatik Desa Sembung Jambu memiliki spesialisasi mencanting, dan mampu membuat rengsian halus dan rapi, namun mereka tidak memiliki kompetensi untuk mewarnai kain batik. Batik rengsi yang dihasilkan, dijual kepada para juragan batik dengan harga berkisar antara Rp200.000 sampai Rp750.000 tergantung pada tingkat kerumitan motif dan jenis serta ukuran kain yang direngsi. 

 Untuk itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI hadir di Pekalongan untuk memberikan fasilitasi agar para pembatik tulis ini mendapatkan pengakuan atas kompetensi yang mereka miliki. Sebanyak 50 pembatik akan mengikuti Uji Kompetensi untuk Sertifikasi Profesional yang dilaksanakan sepenuhnya oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Batik (LSP Batik), LSP-P3 untuk sektor batik. Uji kompetensi diselenggarakan pada tanggal 22-24 Mei 2023 di Tempat Uji Kompetensi (TUK) Pranggok Batik Cikgu Sapuan.

"Pelestarian batik sebagai warisan budaya, tidak akan berhasil tanpa ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten. Kompetensi SDM ini perlu dipastikan melalui uji kompetensi. Sertifikasi merupakan salah satu upaya untuk menjamin ketersediaan pembatik kompeten dalam rangka pelestarian batik, " terang Ketua LSP Batik, Dr. Ir. Rodia Syamwil, M.Pd.

Sementara produksi batik Kabupaten Pekalongan sangat menonjol dari aspek kuantitas maupun kualitas. Ketersediaan SDM Batik yang mampu menghasilkan batik halus dengan ornamen motif dan isen-isen khas Pekalongan yang rumit dan beragam, dengan pewarna sintetis maupun alami tidak diragukan lagi. 

Bukan hanya itu, Pekalongan juga mampu memasok kebutuhan daerah-daerah lain terhadap batik, dengan menyesuaikan karakteristik motif dari daerah-daerah pemesan. 

Selain itu, Pekalongan memiliki sejumlah maestro Batik, seperti Dudung Alisyahbana, Cikgu Sapuan, pengusaha batik Kedungwuni Oey Soe Tjoen. Pembatik Kabupaten Pekalongan mampu menghasilkan batik berkualitas tinggi dengan berbagai inovasi teknik pewarnaan dan peralatan. 

Belum terhitung para pembuat canting dan canting cap, serta produsen malam batik yang menjadi pemasok alat dan bahan batik ke seluruh Indonesia. Sebagai Kota Batik Dunia, selayaknya Pekalongan tidak hanya bangga dengan pengakuan terhadap produk batiknya, tetapi juga harus bangga dengan SDM Batiknya yang kompeten. Namun, sangat disayangkan hingga pertengahan tahun 2023, jumlah SDM Batik Pekalongan yang telah tersertifikasi kompeten baru mencapai 750 orang (3,36%). 

"Kesadaran untuk mendapatkan sertifikat kompetensi sebagai professional sangat rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mendorong masyarakat melakukan uji kompetensi dalam rangka sertifikasi, melalui fasilitasi. Terimakasih kepada Kemenparekraf yang memberikan fasilitasi kepada 50 pembatik rengsi Sembung Jambu Dukuh Grecek Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan untuk meraih pengakuan atas kompetensi mereka sebagai pembatik tulis, " imbuhnya.

Produksi batik Pekalongan dipenuhi oleh pembatik Kota Pekalongan (10%), dan dari daerah penyangga utama yaitu Kabupaten Pekalongan (75%) dan Batang (15%). 

Pekalongan baik kota maupun daerah penyangga sendiri memiliki tidak kurang dari 22.300 SDM batik, yang diperkirakan 20,78% dari 107.315 SDM Batik Jawa Tengah atau 10,51% dari 212.000 SDM batik di seluruh Indonesia. Namun, jumlah pembatik terus mengalami penurunan karena generasi muda lebih memilih pekerjaan di industri lain yang dipandang lebih formal dan memiliki standar pendapatan yang lebih baik. Hal ini menjadi ancaman bagi kelestarian batik.

Sementara Perwakilan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Suleman menyampaikan bahwa Deputi Bidang Sumberdaya Kelembagaan Direktorat Standarisasi Kompetensi memiliki kewajiban tugas memberikan sertifikasi profesi tentunya di bidang Pariwisata dan Ekonomi kreatif. Sertifikasi kali ini adalah SDM dibidang ekonomi kreatif yang di dalamnya ada 17 subsektor dan baru subsektor kriya batik kain. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: